TASIKMALAYA ‐‐‐ JABAR RELASI PUBLIK.COM ANTON Charliyan mantan Kapolda Jabar yang sekarang lebih akrab dipanggil Abah Haji Anton, disamping sebagai ketua dewan pembina di padepokan pencak silat dan pesantren pajajaran pusat, kendati dalam sambutannya pada peringatan Maulid Nabi Besar Habibina wa Nabiyana Sayidina Rosulullah Muhammad SAW, yang berlangsung di Sukaraja, Senin 18 Oktober 2021
Kini kian menyampaikan bahwa : Budaya sunda dan nusantara tersebut selaras dengan budaya Islam yang dibawa Rosulullah Nabi Muhammad SAW, karena sudah menganut agama samawi sejak awal yang berketuhanan Yang Maha Esa.
Sebagai dengan sambutan sesepuh guru besar padepokan Rd. H Uyut Sani Wijaya Natakusumah, S.H. M.Si.
Meski hal tersebut dibuktikan dengan sejumlah tulisan prasati dan sejumlah naskah kuno yang ada di tatar sunda dan seluruh nusantara
Kini contoh melekat dalam prasasti kawali dan naskah amanat galunggung dikatakan : bahwa jika ingin jaya, setiap manusia sunda harus selalu ada dalam jalan yang benar dan lurus Pakeun Heubeul Jaya dibuwana Pake Gawe Kerta Bener, “selaras dengan ayat dalam Al fatihah = Ikhdinas Sirotol Mustaqin, Sirotolladzinna, dan seterusnya : Tunjukanlah jalan yang lurus/benar, sebagimana jalanya orang ‐ orang terdahulu yang sudah engkau tunjukan kebenaran.
Kemudian, “Pake gawe kreta rahayu, ulah botoh bisi kokoro, kudu ngelmu pare, “yang artinya membangun kekuatan dengan kedamaian, jangan serakah akan celaka, serta harus membangun kekuatan dengan kerendahan hati = selaras dengan sikap dan ajaran Islam yang harus tawadhu rendah hati, jangan serakah harus menjaga hati serta membawa kedamaian yang Rahmatan lil Alamin bagi seluruh umat dan alam semesta. Dari bukti dan kajian kecil saja ternyata budaya sunda dan ajaran Islam sudah sama dan selaras,
Sehingga dengan adanya maulid ini, tidak perlu ada lagi perbedaan paham antara budaya dan agama, apalagi sampai terjadi benturan karena salah paham dengan tata cara adat tradisi yang selama ini dilaksanakan, padahal semua nya tujuanya sama, untuk Yang Maha Kuasa Tuhan YME.
Sehingga Tuhan YME ini juga sama dengan istilah masyarakat sunda kuno sebagai Sanghyang Tunggal. Hal ini lebih ditegaskan dengan ajaran masyarakat Baduy Banten yang intinya bahwa Sanghyang Tunggal tersebut adalah : Hyang nu teu mangrupa, nu teu sarua jeung sasaha, nu teu berwarna, ayana di euweuh euweuhna di aya, tidak berwujud tapi ada dimana – mana
Meski mereka bahkan mengatakan bahwa Tuhan yang umat muslim sembah, sama dengan Hyang mereka, karena “Hyang” tersebut merupakan penghalusan dari kata ” Hwa “, yang mana HWA itu Tuhanya umat muslim dan juga Tuhanya sejumlah agama samawi lain seperti agama.Yahudi Tuhanya dikenal dengan sebutan, Ya Hwa,
Hal ini selaras dengan surat Al Ikhlas yang berbunyi, “Qul HWAlloh Hu Ahad ” : Katakakan lah bahwa HWA itu Allah Yang Maha Esa. Yang mereka sebut sebagai Sang Hyang Tunggal, Sanghyang Widi Sanghyang Wenang,
Apalagi mereka menyebut bahwa, “ageman kami adalah agama adam, agama kami ngarana “SLAM SUNDA Wiwitan” Ageman nu rek ngajaga agama adam, jika agama tersebut berasal dan berawal dari Nabi Adam artinya agama tersebut adalah Agama SAMAWI, agama yang di bawa para Nabi dan Rosul sebagai utusan Allah.
Sepertinya masyarakat adat Sunda Baduy ini merupakan bagian masyarakat adat yang punya Nabi, yang menganut ajaran ke Nabian, apalagi ajaran Nabi Adam As sebagai Nabi pertama, sehingga dengan demikian bisa disimpulkan bahwa sejak pertama ada masyarakat sunda kuno sudah beragama Samawi. Meski saja hampir mirip SLAM dan ISLAM.
Ajaran Islam lain yang selaras dengan budaya sunda dan nusantara diantaranya :
• Shalat = Sembahyang , menyembah Sang Hyang
• Puasa = Tapa, Tirakat dll.
• Zakat = Budaya Leuit mengumpulkan padi, perelek mengumpulkan beras, hajat buruan, hajat panen membagikan makanan, dan lainnya
• Wudhu Bersuci = Cikahuripan, budaya sumber mata air ditempat ‐ tempat suci.
• Tafakur Nabi di Goa – Goa = Tapabrata, Nyepi, di Goa – Goa, dan lainnya
Meski budaya sejumlah ritual ke Nabian tersebut semua ada dalam budaya sunda dan nusantara, yang sampai hari ini masih kental melekat di masyarakat, karena sudah mendarah daging menjadi budaya
Sejak zaman nenek moyang, justru budaya tersebut tidak ada di tengah – tengah masyarakat timur tengah yang konon kabarnya sebagai cikal bakal turunnya para Nabi dan Rosul, apalagi dalam budaya masyarakat Eropa dan Amerika.
Makanya salah satu Buku Tulisan Karya Anton Charliyan Mengambil judul : ‘Budaya Sunda Selaras dengan Budaya Kenabian’.
Meski hadir dalam acara tersebut diantaranya :
• Asda 3 Kabupaten Tasik mewakili Bupati Tasik ;
• Kadisbudpar ;
• Bunda Eni DPD RI Jabar ;
• Bunda Ully Sigar Panglima tinggi Baranusa ;
• Paramitha Rusadi artis lawas yang tetap menawan ;
• Utusan Kesultanan Solo ;
• Rajawali Sokapura Rd Dicky ;
• Ir. Safari Agustin Ketua Geopark Galunggung ;
• Para Tokoh adat dan Budaya al Abah Alam dari Bandung ;
• Abah Dede Panjalu ;
• Dadang Macan Ali ;
• Ratu Sekar ;
• Ratu Suningrat ;
• Hj. Nining Ciamis ;
• Ki Aan Citiis ;
• Ustad Cecep Cilogak ;
• Abu Fatih Maenpo Sukapura ;
• Ki Sanca ;
• Manggala Garuda Putih dan lainnya
Sementara Asda 3 Kabupaten Tasik, dalam sambutanya menyampaikan bahwa meski komunitas budaya merupakan aset yang sangat besar dalam pengembangan wisata daerah Tasikmalaya di pasca covid-19 ini. Sehingga para tokoh budaya agar tetap bisa memelihara segala nilai seni budaya warisan leluhur.
Paramitha Rusadhy pun memberikan statmenya ketika diwawancarai awak media, kini Ia mengapresiasi setinggi – tingginya terhadap acara maulid Nabi di padepokan pajajaran, sebagai acara religius keagamaan yang dikemas dengan nuansa budaya, agar acara semacam ini dilakukan oleh sejumlah comunitas budaya lainya sehingga terjalin persatuan dan kesatuan antara tokoh budaya dan agama.
“Hal tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan Abah Anton dan Uyut Sani wijaya.”
Kendati dala kata penutup. Anton Charliyan yang juga mantan Kapolwil Priangan tahun 2009 tersebut, menegaskan bahwa kita semua harus bisa menteladani ajaran Rosullullah, SAW dan orang sunda khususnya harus mampu menjadi yang terdepan dalam menteladani segala ajaran Rosul, hal ini yang kini disebut sebagai Sunah Rosul.
Sebab hal ini sudah menjadi darah daging orang sunda dan nusantara, sehingga menjadi satu budaya yang melekat pada masyarakat sunda nusantara, sehingga jika manusia sunda tidak bisa menjadi yang terdepan, artinya termasuk ke dalam golongan orang sunda yang belum paham dan mengerti budaya sunda tersebut, yang sudah terbukti dengan jelas, bahwa budaya Sunda dan Nusantara selaras dengan budaya islam bahkan selaras dengan sejumlah agama samawi bersama yang lainnya.
Editor. : WMayuda
Discussion about this post