CIREBON | JABAR RELASI PUBLIK.COM 15 NOVEMBER 2021 Menyikapi terjadinya pro dan kontra tentang penyelengaraan festival seni dan budaya yang akan diadakan di Goa Sunyaragi komplek keraton kasepuhan Cirebon.
Rupanya menarik perhatian Anton Charliyan sebagai Tokoh Budaya dan Pengamat Sejarah dari Jabar, yang lebih dikenal sebagai Abah Anton. Yang bersangkutan bersama Ketua Projo Jabar Joni Hidayat , Ketua Laskar Siliwangi Cirebon Silvi P, serta sekjen lintas budaya nusantara sengaja mengunjungi patih sepuh keraton kasepuhan, panglima tinggi lasykar Agung Macan Ali Prabu Diaz dan beberapa kerabat keraton kasepuhan lainya.
Untuk mengecek dan memastikan tentang kebenaran berita tersebut, serta beredarnya berita Bahwa Goa Sunyaragi ditutup dan disegel.
Hal tersebut langsung kepada sumber utamanya di keraton kasepuhan cirebon.
Ketika diminta pendapatnya oleh awak Media
Anton yang juga Mantan Kapolda Jabar tersebut mengatakan, pertama-tama turut prihatin dengan adanya masalah internal di keraton kasepuhan, namun Anton yakin bahwa masalah tersebut bisa diselesaikan dengan baik dan bijak oleh pihak keluarga keraton sendiri,
Karena keluarga keraton merupakan panutan masyarakat yg sangat dihormati sebagai keturunan langsung dari kangjeng Sunan Gunung jati, bila tidak bisa menyelesaikan masalah internal tersebut justru akan berdampak pada marwah, wibawa dan kehormatan keluarga keraton sendiri.
Selain itu untuk masalah pagelaran seni dan budaya itu sendiri yang kebetulan dilaksanakan di salah satu complek keraton yakni Gua Sunyaragi, nantan Kadiv Humas polri tersebut mengatakan, bahwa ia sebagai penggiat seni dan budaya akan mendukung penuh siapapun juga manusianya yang ingin memajukan seni dan budaya, dan berharap tidak dikait- kaitkan dengan masalah internal keraton, karena pihak penyelengaranyapun bukan pihak keraton, yaitu Yayasan Media Budaya Nusantara sebagai salah satu comunitas penggiat budaya.
Pihak keraton sesungguhnya hanya memfasilitasi tempat saja, dari 300 tamu undangan kehormatan 20 sampai dengan 30 diharapkan hadir para raja dan sultan. Sehingga tempat yang paling cocok adalah complek keraton.
Karena mengundang Raja dan Sultan. selebihnya adalah tamu undangan dari berbagai Perusahaan Travel, Hotel, Jasa Transportasi, para duta besar berbagai negara tertentu dan pejabat terkait,
Terlebih festival ini diantara misinya adalah untuk mengangkat seni dan tradisi kacirebonan serta kasundaan secara umum.
Sehingga otomatis akan meningkatkan sektor pariwisata Pemda setempat, serta meningkatkan existensi keraton secara nasional maupun international, apalagi telah mendapat respon positif dari pemda cirebon, yang menyatakan bila agenda festival seni ini sukses akan dijadikan agenda tahunan rutin Pemda Cirebon,
Sehingga tidak ada alasan lagi, ada sejumlah pihak yang mengatas namakan keraton, yang menyatakan tidak setuju, padahal kita ketahui bersama bahwa sesungguhnya keraton sebagai centra adat tradisi, seni dan budaya
Berkewajiban paling depan untuk melestarikan seni dan budaya itu sendiri. justru event ini seyogyanya dijadikan moment untuk bisa menyatukan keluarga besar keraton baik kasepuhan kanoman maupun kacirebonan .
Demikian juga untuk pihak aparat terkait agar sama-sama bisa mendukung penyelenggaraan festival seni dan budaya ini jangan malah terkesan ikut terbawa isue dan mempersulit, padahal pemda dan satgas covid-19 sudah memberikan ijin rekomendasi untuk acara tersebut.
Ketika dikonfirmasi kepada patih sepuh pangeran gumelar sebagai tokoh yang dituakan di keraton sekaligus pemegang kewenangan sementara oprasional gua sunyaragi yang mewakili keraton kasepuhan.
Menyatakan bahwa masalah Gua Sunyaragi sudah tidak ada masalah lagi, dan sudah berjalan normal dibuka kembali seperti biasa, karena tempat tersebut adalah objek wisata sekaligus situs budaya,
Hanya satu hari saja off karena ada peralihan managment, jadi tidak benar jika ada yang mengatakan Goa Sunyaragi disegel atau tidak beroprasi, kemudian menyangkut akan dijadikan sebagai tempat gelar seni dan budaya, beliau mengatakan sudah memberi ijin penuh 3 hari kepada pihak panitia, kan ini terbuka untuk umum, siapapun boleh menggunakan tempat tersebut, apalagi ini untuk kepentingan seni dan budaya, yang akan mengangkat marwah budaya dan kehormatan cirebon,
Sudah pasti diizinkan, bahkan ikut mensuport penuh. Justru jika ada yg mengatas namakan keluarga keraton yang tidak mendukung, tolong agar datang kepada saya dengan baik-baik, jangan berbicara terus di Media,
Karna hal tersebut tidak sesuai dengan adat tradisi keraton, yang mengutamakan, musyawarah keterbukaan dan kekeluargaan. tidak malah menjadikan image seolah‐olah
Keraton tersebut, gaduh, keruh dan kisruh di hadapan publik. Hal tersebut sangat memalukan kami sebagai keluarga besar keraton. Ibarat menepuk air di dulang, memercik muka sendiri.
Karena sebagimana dikatakan abah Anton keluarga keraton merupakan panutan, publik figur masyarakat, sehingga ia harap semua keluarga bisa bersikap lebih dewasa, bahkan harus mampu menjadi contoh, bahwa keluarga besar keratonlah yang menjadi etalase dalam rangka membangun jiwa gotong royong sebagai akar budaya bangsa, yang diwujudkan dalam bentuk kerukunan l, soliditas dan rasa kekeluargaan yang tinggi, jangan sampai malah sebaliknya, ketika berbicara keraton malah yang nyaring terdengar itu, perpecahan, oegaduhan dan carut marutnya saja.
Selaras dengan pernyataan patih sepuh dan Abah Anton dari Ketua Projo Jabar, Ketua Laskar Siliwangi Cirebon, panglima lasykar Agung Macan Ali Cirebon , sekjen lintas budaya nusantara sepakat mendukung diadakanya festival seni dan budaya di Goa Sunyaragi Cirebon. Dan masalah internal agar jangan dikaitkan dengan gelar budaya tersebut.
Dalam pesan terakhirnya Anton menyampaikan mari kita jadikan keraton sebagai central pelestarian adat tradisi, seni dan budaya yang betul exist dan hidup, bukan hanya sekedar sebuah wacana belaka, sehingga akan senantiasa jadi pendukung utama dalam setiap event pentas seni dan budaya dimanapun berada, dan hal ini pasti bisa dilakukan
Karena sekali lagi keluarga besar keraton merupakan panutan, yang senantiasa menjadi contoh dan teladan bagi masyarakat dalam bersikap, bertindak dan berprilaku.
Terutama dalam rangka, membangun adat, tradisi, seni dan budaya.
Melestarikan etika dan sopan santun, yang mampu mengokohkan rasa persatuan dan kesatuan, kerukunan dan kekeluargaan, serta jiwa militansi dan soliditas yang tidak mudah dipecah belah.
Editor. : WMayuda
Discussion about this post