KOTA BOGOR –‐ JABAR RELASI PUBLIK.COM
SYARIFAH SOFIAH Menilai rempuk stunting merupakan kegiatan yang strategis dan penting. diharapkan kegiatan ini mendorong semua pihak agar sejak dini berkolaborasi mencegah dan menanganinya.
“Karena jika tidak dampaknya yang terjadi pada anak-anak di kemudian hari mengakibatkan dampak yang negatif, di antaranya gangguan pertumbuhan anak, menurunnya kecerdasan anak, kekebalan tubuh yang tidak maksimal, bahkan jangka panjangnya bisa menyebabkan disabilitas, “katanya di Hotel Salak The Heritage, Kota Bogor, Senin (25/10/2021).
Selain itu kata dia, pencegahan tidak hanya pada balita, ibu-ibu hamil pun termasuk yang mana dilakukan langkah intervensi secara sungguh-sungguh dalam 1.000 hari pertama kehidupan. Beberapa Pendekatan dalam upaya pencegahan dilakukan adalah konvergensi yang sudah dilakukan secara bersama-sama adalah intervensi gizi spesifik (30 persen) dan intervensi gizi sensitif (70 persen).
“Untuk yang 30 persen dilakukan dengan paket layanan intervensi KIA dan konseling kesehatan, gizi oleh Dinas Kesehatan. Untuk yang 70 persen, harus dilakukan secara terintegrasi dengan pihak-pihak pemilik dan pengambil kewenangan yang terlibat dalam penanganan stunting, di antaranya bicara berapa layanan air bersih dan sanitasi, “ujarnya.
“Untuk Kota Bogor air bersih yang dilayani PDAM berada di angka 77,3 persen, sisanya masih belum menerima layanan air bersih. Untuk sanitasi, dari 68 kelurahan belum ada yang bebas ODF (Open Defecation Free) atau Stop Buang Air Besar Sembarangan, ”papar dia
Kini ia menegaskan tantangan yang dihadapi merupakan tanggungjawab bersama. Kegiatan Rembuk Stunting, lanjut Syarifah merupakan tahapan ketiga dari delapan aksi konvergensi stunting, aksi pertama dan kedua sudah dikoordinasikan dengan Bappeda Kota Bogor.
“Pasalnya dalam kegiatan tahap ketiga semua yang hadir diminta untuk mendeklarasikan komitmennya, kemudian membangun komitmen publik dalam menurunkan stunting secara terintegrasi.”
Untuk target pencegahan stunting sambung Syarifah tidak hanya balita di Kota Bogor yang jumlahnya mencapai 84.729 balita, dengan kondisi stunting berada di angka 5.392 anak. Jika dibandingkan maka dari 16 anak ada 1 yang mengalami stunting.
Antisipasi pencegahan terhadap Ibu Hamil (Bumil) yang berjumlah sebanyak 19.238 bumil juga diperlukan. Selain itu dari keseluruhan kelurahan di Kota Bogor, masih ada 20 kelurahan yang angka stuntingnya diatas 10 persen, untuk itu diperlukan intervensi dan penanganan yang intensif.
“Jika tidak ditangani akan muncul stunting-stunting baru, beberapa program sudah dijalani sebagai langkah pencegahannya, ”pungkas Syarifah.
Editor. : WMayuda
Discussion about this post