Jabar Relasipublik.com || Kita Perlu segera Melaksanakan kongres atau dialog kebudayaan. Karena kita telah gagal melakukan konsolidasi Kebudayaan.
Diskusi tutup tahun ForJis dan Barisan Oposisi Merah Putih di Rumah Kedaulatan Ramyat Jl. Guntur 49 Setiabudi Jakarta Selatan Kamis, 24 Desember 2020, tampil sejumlah pembicara Diantaranya Muslim Arbie Direktur Garpu, Deden F. Rajaf Pengamat dan Peneliti Utama PPMI (Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia) Dan Fachri Timur Direktur LBH organisasi buruh atau Pekerja yang sama.
Amir Hamzah, aktivis senior memberikan juga Pandangan umumnya tentang situasi Indonesia Secara umum pada tahun-tahun sebelumnya Hingga akhir 2020.
Deden F. Rajaf menyebut fenomena korupsi Telah menjadi tragedi yang erat terkait dengan Pilkada Serentak di sejumlah Kabupaten dan Kota di Indonesia pada 9 Desember 2020.
Barisan Oposisi Merah Putih yang dibesut M. Nur Lapong justru lebih mehunjam melihat Tragedi Korupsi Bansos telah dilakukan Berjamaah. Artinya korupsi sudah menjadi Kesadaran dan Prilaku kolektif, yang dianggap layak dan patut Dilakukan secara bersama serta sistematis.
Itulah sebabnya politik uang dalam Pilkada di Indonesia makin runyam praktek dan Pelaksanaan-nya. Dari catatan Deden F. Rajaf Ada 1.321 TPS (Tempat Pemunguran Suara) di Solo ya ? masuk dalam pantauannya ditengarai Betapa banyak duit yang bertebaran mulai dari Petugas pengawas hingga ragam macam Praktek politik oligarki dan dinasti yang sangat Kental. Dari 48% tingkat partisipasi pemilih di Solo misalnya sudah menunjukkan banyak Kejanggalan dalam pelaksanaan Pilkada itu.
Di Medan Sumatra Utara ada yang tertangkap Tangan membagikan uang 300 ribu rupiah Kepada para pemilih. Lalu diketahui juga tarif Untuk menjadi Bupati atau Walikota sudah 30 Milyar rupiah nilainya sebelum ditawar. Bahkan Menurut Deden F. Rajaf, Mendagri Tito Karnavian Sendiri mengakui bila tarif untuk Calon Gubernur Itu nilai 100 milyar rupiah, tanpa merinci untuk Apa saja uang sebanyak akan digunakan.
Dia pun tak bisa mengurai siapa saja dan Bagaimana korupsi dalam Pilkada tahun 2020 Di Solo itu terjadi. Yang pasti menurut Deden F. Rajaf ibaratnya seperti air sungai Bengawan Solo Itu yang mengalir sampai jauh, katanya sambil Tersenyum simpul.
Fachri Timur juga mencatat tingkah polah Koruptor di Indonesia sebenarnya sudah populer Sejak 15 tahun lalu. Tapi korupsi di Indonesia Sekarang berada pada puncaknya, sehingga Korupsi sudah dilakukan mulai dari proses politik Suatu kebijakan yang akan dilakukan.
Jadi korupsi di Indonesi sudah amat sangat Kronis.Tapi korupsi juga telah meningkatkan Kesadaran kelompok terpelajar ikut mengkritisi Tindak korupsi. Setidaknya Fachri Timur melihat Sumber korupsi itu, sesungguhnya berada pada Proses politik. Dan oligarki itu pun konsekuensi Dari sistem politik dinasti yang semkin marak Juga di Indonesia
Mengutip pendapat penulis dan watawan Muchtar Lubis almarhum, Fachri Timur sepakat Dengan konklusi yang mengatakan korupsi itu Sudah menjadi watak bangsa Indonesia sejak Lama yang beriringan dengan watak feodal. Atau Tradisi dinasti.
Muslim Arbie melihat korupsi di Indonesia telah Menyandera para pejabat antara yang satu Dengan lainnya. Hanya saja pada era Jokowi Belum ada keberanian menangkap keluarganya Sendiri. “Jadi hanya pada masa SBY berkuasa Ada keberanian untuk menangkap besannya Sendiri”.
Muslim Arbie yang dikenal sebagai aktivis yang Sudah putus urat takutnya itu, juga melihat Prabowo dan sandi yang dia isyaratkan telah Putus urat malunya. Para pendukungnya dulu tak Cuma berkorban harta dan banda, tapi juga Sempat ada yang berdarah-darah. “Namun toh, Akhirnya tak hanya Prabowo Subianto yang Meninggalkan pendukung dan simpatisannya, Tapi Sandiaga Uno pun akhirnya jatuh dalam Dekapan Jokowi. ” Maka itu Prabowo dan Sandi Harus mengembalikan uang yang diberi para Relawannya dulu, yang mereka kumpulkan dan Diberikan pada mereka berdua untuk melawan Jokowi Makruf Amin.
“Jadi kalau benar belum putus urat malunya, Duit Para relawannya dulu itu harus Dikembalikan. Karena duit yang dikumpulkan Para relawan itu berasal dari orang miskin”, kata Muslim Arbi yang juga mengaku telah Mengeluarkan banyak dana untuk kegiatan Menggerakkan emak-emak semasa kampanye Pilpres Prabowo-Sandi dulu.
Dia merasa sedih dan sangat kecewa pada Prabowo Sandi karena telah khianat pada rakyat, Seperti seorang yang bekerja di bengkel dengan Keadaan belepotan oli mau dan rela Mengantarkan segepok uang receh hasil Tabungannya untuk Prabowo Sandi pada masa Kampanye dulu.
Jadi rasa dikhianati itulah yang dijadikan acuan Oleh Amir Hamzah dalam tausiahnya untuk lebih Bijak bersikap dalam praktek politik Ketatanegaraan kita yang makin liar menjauh Dari konstitusi.
Istilah petugas partai yang sempat menjadi Tajuk bincang dalam kancah politik kita dulu itu Menurut Amir Hamzah adalah isyarat bahwa Kekuasaan di Indonesia hendak mengikuti model Tiongkok, jadi hanya ada satu partai yang juga Menggenggam semua kekuasaan yang ada.
Praktek semacam ini menurut Amir Hamzah Sama dengan program deislamisasi yang justru Dominan dilakukan oleh para tokoh Islam Sendiri. Karena itu Amir Hamzah mewanti semua Aktivis dan kaum pergerakan agar lebih cermat Dan bijak menyikapi kondisi dan situasi Di Indonesia yang semakin tidak menentu.
Cilakanya dalam budaya kita ada pula Kepercayaan yang disebut sinkritisme. Akibatnya banyak warga bangsa kita yang Percaya pada dewa-dewa yang ada dilangit. Sementara itu jadi banyak yang lalai dan lupa Pada realitas sosial dan politik serta ekonomi Yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Wawan Leak aliasTeguh Hermawan aktivis Pergerakan dari Surabaya datang khusus untuk Acara diskusi tutup tahun yang diselengarakan BOM dan ForJis ini.
Wawan Leak justru melihat aksi yang dilakukan Oleh kaum pergerakan selama ini cuma seperti “Manuk Peking”. Jadi cuma grudukan saja yang Tidak jelas arah dan juntrungannya. ” Jadi jelas Kita perlu derijen, pengarah atau semacam Pemimpin yang bisa dijadikan panutan Pemersatu dan pengarah untuk bergerak secara Serempak dan kompak tandas Wawan Leak.
Atas dasar semua itulah forum diskusi dan Kajian yang lebih intens dan serius untuk Merumuskan langkah-langkah strategis dan Taktis perlu dirumuskan lebih rinci lanjutnya.
Pada akhirnya, mengacu pada ragam macam Masalah yang kompleks dan ruet, seperti Pemaksaan diberlakukannya Omnibus Law Cipta Kerja menjadi UU No.11 Tahun 2020, maka Dialog kebudayaan jadi makin mendesak untuk Segera dilaksanakan.
Kongres Kebudayaan diperlukan untuk Membangun komunikasi kultural. Masalah Kekalahan sosialisme Nasionalis di Indonesia Pun perlu diperjelas, adakah itu juga artinya Adalah kekalahan Islam. Sementara kaum buruh Sebagai basis massa aksi terhandal tidak lagi Boleh menjadi obyek, tapi harus menjadi subyek.
Begitu juga gagasan untuk kembali kepada Budaya agraris dan maritim dari budaya industri Yang telah menyesatkan segenap warga Bangsa Indonesia, perlu dirumuskan.
Setidaknya menurut Nur Lapong yang juga Menjadi pengarah acara diskusi, selama ini pada Aktivis dan kaum pergerakan memang telah Gagal melakukan konsolidasi Kebudayaan. Hingga untuk membedakan substansi dari Essensi massa aksi dan aksi massa pun jadi Sembelit dicerna.
Jakarta, 25 Desember 2020
Editor : WMyuda
Sumber : Jacob Ereste
Link : https://jabar.relasipublik.com
Please Like and Subscribe and Comment di
Link Website Kami :
• Channel Youtube jabar relasi publik
Dan Follow serta Like kami di :
• Facebook Page
• Instagram
• Twitter
Discussion about this post