JABAR RELASI PUBLIK.COM ‐‐‐ KOTA BOGOR BIMA ARYA Bersama Rektor IPB University, Arif Satria menjadi pembicara dalam talkshow ‘Sharing Success Story’ saat menghadiri Reuni Perak Angkatan 33 IPB ‘TAN69UH’ di IPB International Convention Centre (IICC), Jalan Pajajaran, Kota Bogor, Sabtu (11/12/2021).
Dalam talkshow yang di pandu Shahnaz Haque, Bima Arya dan Arif Satria sama-sama menceritakan sosok orang tua masing-masing, terutama ayahnya yang telah memberikan inspirasi, bekal ilmu dan pengalaman yang menjadi motivasi mencapai kesuksesan.
Menurut Bima Arya, kasih sayang tidak pernah berhenti dicurahkan orang tuanya, khususnya ayah menjadi faktor yang sangat membentuk dirinya hingga saat ini.
Manusia tidak ada yang sempurna dan hanya Rasulullah SAW manusia yang sempurna, namun demikian sebagaimana umumnya anak terhadap orang tua di mata seorang Bima Arya, ayahnya Toni Sugiarto merupakan sosok yang paling mendekati kesempurnaan.
“Sebagai ayah sangat penyayang, sebagai teman sangat solider, sebagai atasan ke bawahan sangat cinta dan sebagai suami, romatisnya minta ampun, “sebut Bima Arya.
Sementara, Rektor IPB University, Arif Satria menjelaskan, kedua orang tuanya adalah sosok yang terus menginspirasi, mengajak untuk terus memiliki mimpi untuk kemudian mempersiapkan agar dirinya mewujudkan mimpi tersebut.
“Salah satu mimpinya, dengan bahasa sederhananya, mereka mendoakan agar saya menjadi orang. Salah satu yang masih saya ingat dengan ayah saya adalah menjelaskan setiap tokoh-tokoh yang kita saksikan saat menonton televisi lengkap dengan latar belakang pendidikan dan keluarga. Jadi memang inspirasi itu sesuatu yang mahal, artinya hal itu dibangkitkan, “kata dia
“Walaupun memiliki latar belakangnya dari keluarga biasa-biasa saja, tidak berlebih tetapi dengan ikhtiar dan doa maksimal serta dukungan orang tua, Insya Allah siapapun bisa,
“ujar Arif Satria.
Arif Satria juga menceritakan pengalaman bersama ayahnya Faruk Hasan sewaktu kecil, dimana setiap hari jumat selalu membawa dirinya ke toko buku untuk mengenalkan para penulis buku dan pentingnya membaca buku. Bahkan, di usia 3 tahun ia diberi mesin tik dengan maksud agar dirinya mengetik apapun, puisi atau cerita.
Ibu dan ayahnya sejak kecil mendorong dirinya untuk terbiasa menjadi ketua, baik menjadi ketua kelas, regu pramuka atau yang lainnya.
“Pokoknya bergerak di bidang perketuaan,
“kata dia berseloroh.
Dia memaparkan, ayahnya memiliki mimpi sederhana, jika ingin menjadi apapun, seperti dokter, dosen, pengusaha dan yang lainnya arus bisa menulis. Sebab, menulis itu latihan untuk membuat cara berpikir sehingga isu apapun, dimanapun, memberi kemudahan untuk menganalisis dan sebagainya.
“Dengan rajin menulis kita melatih cara berpikir kita, sistematis, logis dan yang lebih penting adalah melatih kita untuk berkomunikasi dengan publik agar paham dan itu bagian dari proses pendidikan. Menulis itu sampai usia berapa pun menjadi salah satu profesi yang bisa dijalani, “jelas dia
Dalam acara yang digelar secara hybrid ini mengusung tema ‘Membangun Konektivitas, Berkarya Untuk Negeri’. Selain Talkshow bersama Shahnaz Haque.
Kegiatan lain yang dilaksanakan adalah launching Bakti 33 Scholarship One Village One Alumni, bantuan sarana pendidikan beasiswa sebesar Rp 33 juta dari 33 Peduli bagi para almamater dan bantuan alat laboratorium untuk satu SMA.
Editor : Wendi Mayuda
Discussion about this post