JABAR RELASI PUBLIK.COM ‐‐ KOTA BOGOR
SEJUMLAH 500 kacamata siap dibagikan Jabar Bergerak berkolaborasi dengan Lions Club Bandung Raya, Jabar Bergerak Kota Bogor, RSUD Kota Bogor, Dinkes Kota Bogor, BJB, Teh Pucuk, Le Minerale dan Delimaku untuk penerima manfaat usia 7 sampai 18 tahun di Kota Bogor.
Screening mata dilakukan bagi para peserta yang terdiri dari mulai anak SD, SMP, SMA, pesantren sampai panti asuhan yang dibagi dua kloter, yakni sehari 400 anak diperiksa matanya di Mal Boxies, Jalan Raya Tajur, Kota Bogor, Selasa (23/11).
Pemeriksaan mata ini untuk melihat seberapa banyak anak yang membutuhkana kacamata, karena anak-anak yang minus atau plus di atas 0,75 dan dibawah 6 saja yang bisa mendapatkan kacamata gratis.
“Pemeriksaan mata untuk anak usia 7-18 tahun ini penting sekali, karena di masa Pandemi Covid-19 yang mana anak-anak melakukan PJJ butuh upaya agar matanya tetap sehat. Mengingat mereka belajar menggunakan gadget, komputer dan tidak tahu bagaimana posisi membaca dan pencahayaannya, “ujar Ketua Jabar Bergerak, Atalia Praratya.
Atalia mengatakan, ia terkejut dari anak-anak 7-18 tahun yang diperiksa hari ini ada anak yang sampai minusnya mencapai 11 dan plusnya mencapai 7 serta ada juga yang mengalami masalah mata lainnya.
Hal yang paling mengejutkan lainnya karena anak-anak ini tidak merasa itu hal aneh atau hal yang perlu diperhatikan.
Padahal penting sekali mengetahui kesehatan mata sejak dini.
“Kini ia kira perlu mengedukasi keluarga, tidak saja untuk kegiatan seperti ini tapi harus dari keluarga sendiri melakukan pemeriksaan mata kepada anak-anak mereka, “imbuh dia
Ia menjelaskan, pemeriksaan tajam penglihatan dan pembagian kacamata untuk 500 penerima manfaat di Kota Bogor ini merupakan rangkaian kegiatan dari Kolaborasi dengan Lions Club Bandung Raya dan semua pihak. Sudah terselenggara di Pangandaran dan Karawang dengan kuota 1.000 kacamata. Ia berharap ke depan semoga semakin banyak anak-anak yang terbantu dan anak-anak bisa menggapai cita-citanya.
“Saya kira juga ini bisa dijadikan bahan riset bagaimana Pembelajaran Jarak Jauh ini bisa mempengaruhi kesehatan anak-anak tidak saja kesehatan mata karena terlalu lama di depan gadget dan komputer, tapi juga masalah obesitas dan kesehatan mental anak, “terang dia
Hal senada, Dedie A. Rachim mengatakan, ia terkejut dengan banyaknya anak-anak Kota Bogor yang setelah diperiksa kondisi kesehatan matanya kurang baik, bahkan ada yang minus dan plusnya sangat tinggi.
Hal ini tentu ada berbagai hal yang mempengaruhi mulai dari kebiasaan memakai gadget berlebihan, kurangnya pencahayaan di ruangan, posisi membaca dan lainnya.
“Ini menjadi perhatian kita bersama di masa Pandemi Covid-19, PJJ ternyata mengandung risiko.”
“Jadi kami mengingatkan kepada orang tua untuk hati-hati dan turut memperhatikan kesehatan anak-anaknya, “jelas dia
Sementara itu, Camat Bogor Timur, Rena Da Frina mengatakan, 800 peserta pemeriksaan mata ini datanya diambil dari puskesmas se-Kota Bogor sebanyak 440 ditambah dengan anak-anak dari pesantren dan panti asuhan.
Anak-anak ini dijemput memakai bus Uncal yang titik jemputnya sudah ditentukan dan dikoordinasikan dengan kecamatan, puskesmas dan Dinkes.
“Dari 800 anak ini memang tidak semuanya dapat kacamata karena ada batasannya anak usia 7-18 tahun, plus minusnya 0,75 sampai 6 sementara yang plus minusnya di bawah 0,5 atau diatas 6 tidak dapat kacamata.
Kacamata dibuat sebulan karena hasilnya dikirim lebih dulu ke Singapura. Nanti baru dibagikan di kecamatan masing-masing koordinasi dengan puskesmas, “kata dia. (red)
Editor. : Wendi Mayuda
Discussion about this post